Oleh : Sulessana
Jika
hati tak lagi bergejolak, kapan keadilan itu kujumpai
Jika
hati hanya diam, jika mulut tak lagi bersuara,
jika suara tak lagi terdengar, dari mana kan kudengar negeriku
menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat.
Jika
mata tak lagi tertutup, bagaimana
kumemimpikan negeriku yang begitu subur?
Sawahnya
tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan gandum
Tapi
juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung-gedung pencakar langit. Burung-burung
indah piaraan orang-orang kaya dunia berasal dari hutanku. Ikan-ikan pilihan
yang mereka santap bermula dari lautku, emas perak dan perhiasan mereka digali
dari tambangku, air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku.
Jika
kata tak lagi bermakna, bagaiamana kumelukiskan kemakmuran negeriku?
Rakyat-rakyat
kecil menyumbang negara tanpa imbalan, hukum tercipta atas kesepakatan
orang-orang berduit, tikus dan kucing dengan asyik berkolusi.
Apakah
ini kebodohan? Apakah ini keadilan? Atau apakah ini sebuah takdir?
Negeri
tempat orang biadab tersenyum, para tikus busuk berkompromi, dan dipenuhi orang
pintar yang krisis akan iman....ahahahaha
Sekarang
kita tersenyum, besok kita tertawa, tapi lusa kita menangis, meratapi negeri
yang krisis akan moral.
Jangan,
jangan, jangan biarkan indonesia tanpa makna.
Bisalah
BalasHapus