Sejenak kita sadari bahwa manusia
diciptakan dengan perasaan cinta. Perasaan yang memilik banyak pemaknaan, yang
berorientasi terhadap perilaku berbeda. Jika di dalam islam kita mengenal
konsep taaruf, maka di roda zaman modern kita mengenal konsep pacaran. Saya
tidak akan membandingkan antara kedua konsep tersebut. Lantas apa yang akan
kita bahas dalam kajian ini? saya mengajak untuk menemukan makna dari pacaran
yang bisa dijadikan konsep dalam memahami makna kehidupan yang diberikan oleh
Tuhan.
Sekarang lihat, perilaku masyarakat yang
menggunakan konsep pacaran dan pandangan masyarakat terhadap orang yang
pacaran. Sudah jelas saudaraku, pacaran selalu dianggap negatif, mendekatkan
dengan dosa, dan rawan akan perbuatan tercela. Tetapi pertanyaan selanjutnya
adalah, apakah kita pernah memahami makna dari pacaran? Apakah kita pernah
berpikir untuk mencari nilai-nilai keangungan Tuhan dalam perilaku orang
pacaran?.
Pacaran identik dengan kata putus
bukan?, bahkan ketika kita berpikiran untuk mencintai, maka kita harus siap
untuk membenci, ketika kita siap untuk menyayangi, maka jangan lupakan bahwa
kita akan menyakiti, jika kita berpikir untuk bersatu, maka ingatlah disaat
kita sendiri. Buat apa kita menjalin konsep pacaran jika akhirnya nanti kita
akan putus? Mungkin kita akan menjawab, saya akan bertahan dengan dia, saya
akan memperjuangkan dia, saya akan mendatangi orang tuanya dan melamarnya.
Apakah kita yakin dengan semua itu? Bukankah semuanya itu adalah emosi saat
menjalin hubungan beberapa bulan? Apakah kita sudah puas dengan dia yang
sekarang? Pernah berpikir untuk mencari yang lebih baik? Apakah cinta yang kita
berikan disaat hari pertama hubungan itu sama dengan 3 atau 4 tahun kemudian?
Bisa jadi, kalau tidak putus, tapi kalau putus? Apakah cinta masih bertahan?
atau sudah tegantikan oleh benci? Apalagi jika kedua belah pihak menjalin
hubungan dengan orang lain, apakah masih cinta? Atau sudah merasa tersakiti?
Lebih dari itu, jika kedua belah pihak membandingkan antara yang dulu dengan
yang sekarang, dan menganggap yang dulu itu tidak ada apa-apanya dengan yang
sekarang, apakah masih cinta? Atau sudah siap membalas perlakuannya?
Disitulah nilai islam yang harus kita
yakini, ketika mencintai sesuatu jangan terlalu mencintai, bisa saja sesuatu
itu mendatangkan keburukan, jika membenci sesuatu jangan terlalu membenci, bisa
saja pertolongan datang dari kebencian itu. Jika kita bertanya, apa hubungan
semua itu dengan kehidupan? Apa hubungan antara pacaran dengan kebesaran Tuhan?
Sebelum menjawab, saya mengajak anda
untuk menyamakan persepsi, apakah anda setuju jika kebersamaan itu diawali oleh
kesendirian? Apakah pacaran itu nantinya akan menyebabkan putus? Jika anda
sudah sependapat, mari kita kaji hal itu.
Sering sekali saya mendengar manusia
begitu mengeluh dengan hidupnya, seakan-akan Tuhan tidak adil dengan semua ini,
ada yang diciptakannya dari keluarga yang kaya, didaerah perkotaan, dan dilengkapi fisik yang
sempurna, bahkan adapula yang diciptakan sebaliknya. Mengapa Tuhan menciptakan
kehidupan jika diakhiri oleh kematian?.
Saya beranjak dari prinsip orang yang
pacaran, meski tahu nantinya akan putus, tetapi mereka tetap pacaran. Namun
yang membedakan semua itu adalah cara mereka bertahan, mencintai, menjaga dan
menyayangi. Begitupula dengan kehidupan, kita tahu bahwa setiap yang bernyawa
pasti akan merasakan kematian bukan? Tetapi inti kehidupan bukanlah kematian,
melainkan proses kita bertahan menjalani hidup, menerapkan perasaan yang
dikaruniakan Tuhan, mempertahankan bahkan mencari kehidupan yang layak. Itulah
persamaan antara konsep pacaran dengan konsep kehidupan, kita diajarkan untuk
berproses meski mengetahui akhir dari ceritanya.
Tetapi tetap saja Tuhan tidak adil, saya
diciptakan berbeda dengan dia, dia lebih dari saya, dia memiliki segalanya,
bahkan saya akan selalu kalah jika bersaing dengan yang lain. Lagi-lagi
lihatlah orang pacaran, apakah mereka mencintai dan memperlakukan pacarnya
seperti orang lain? Tidak, karena kita bisa membuat bahagia dengan cara tersendiri.
Pacar yang satu akan bahagia jika diberi hadiah mobil saat ulang tahunnya,
pacar yang lain juga akan bahagia jika menghabiskan waktu berdua saat ulang
tahunnya. Jadi inti dari pacaran itu adalah kebahagiaan, selama masih ada
kebahagiaan maka akan tetap bertahan hubungan itu. hidup juga seperti itu, kita
tidak perlu menjadi orang lain untuk bahagia bukan? Kita cukup melakukan hal
sederhana yang bermanfaat. Seperti indahnya pacaran yang ditemukan disaat kita
bahagia, keadilan Tuhanpun seperti itu, akan terasa disaat kita menemukan
kebahagiaan dalam hidup. Jika kamu belum menemukan keadilan, lihatlah dirimu,
apakah kamu sudah bahagia?, jika belum, mari ciptakan kebahagiaan, dan temukan
keadilan Tuhan.
Yogyakarta,
31 Desember, 2015
SULESSANA
0 komentar:
Posting Komentar