Sabtu, 21 Mei 2016

pemaknaan dalam pacaran

Pemaknaan Dari Pacaran  

Sejenak kita sadari bahwa manusia diciptakan dengan perasaan cinta. Perasaan yang memilik banyak pemaknaan, yang berorientasi terhadap perilaku berbeda. Jika di dalam islam kita mengenal konsep taaruf, maka di roda zaman modern kita mengenal konsep pacaran. Saya tidak akan membandingkan antara kedua konsep tersebut. Lantas apa yang akan kita bahas dalam kajian ini? saya mengajak untuk menemukan makna dari pacaran yang bisa dijadikan konsep dalam memahami makna kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.
Sekarang lihat, perilaku masyarakat yang menggunakan konsep pacaran dan pandangan masyarakat terhadap orang yang pacaran. Sudah jelas saudaraku, pacaran selalu dianggap negatif, mendekatkan dengan dosa, dan rawan akan perbuatan tercela. Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita pernah memahami makna dari pacaran? Apakah kita pernah berpikir untuk mencari nilai-nilai keangungan Tuhan dalam perilaku orang pacaran?.
Pacaran identik dengan kata putus bukan?, bahkan ketika kita berpikiran untuk mencintai, maka kita harus siap untuk membenci, ketika kita siap untuk menyayangi, maka jangan lupakan bahwa kita akan menyakiti, jika kita berpikir untuk bersatu, maka ingatlah disaat kita sendiri. Buat apa kita menjalin konsep pacaran jika akhirnya nanti kita akan putus? Mungkin kita akan menjawab, saya akan bertahan dengan dia, saya akan memperjuangkan dia, saya akan mendatangi orang tuanya dan melamarnya. Apakah kita yakin dengan semua itu? Bukankah semuanya itu adalah emosi saat menjalin hubungan beberapa bulan? Apakah kita sudah puas dengan dia yang sekarang? Pernah berpikir untuk mencari yang lebih baik? Apakah cinta yang kita berikan disaat hari pertama hubungan itu sama dengan 3 atau 4 tahun kemudian? Bisa jadi, kalau tidak putus, tapi kalau putus? Apakah cinta masih bertahan? atau sudah tegantikan oleh benci? Apalagi jika kedua belah pihak menjalin hubungan dengan orang lain, apakah masih cinta? Atau sudah merasa tersakiti? Lebih dari itu, jika kedua belah pihak membandingkan antara yang dulu dengan yang sekarang, dan menganggap yang dulu itu tidak ada apa-apanya dengan yang sekarang, apakah masih cinta? Atau sudah siap membalas perlakuannya?
Disitulah nilai islam yang harus kita yakini, ketika mencintai sesuatu jangan terlalu mencintai, bisa saja sesuatu itu mendatangkan keburukan, jika membenci sesuatu jangan terlalu membenci, bisa saja pertolongan datang dari kebencian itu. Jika kita bertanya, apa hubungan semua itu dengan kehidupan? Apa hubungan antara pacaran dengan kebesaran Tuhan?
Sebelum menjawab, saya mengajak anda untuk menyamakan persepsi, apakah anda setuju jika kebersamaan itu diawali oleh kesendirian? Apakah pacaran itu nantinya akan menyebabkan putus? Jika anda sudah sependapat, mari kita kaji hal itu.
Sering sekali saya mendengar manusia begitu mengeluh dengan hidupnya, seakan-akan Tuhan tidak adil dengan semua ini, ada yang diciptakannya dari keluarga yang kaya, didaerah  perkotaan, dan dilengkapi fisik yang sempurna, bahkan adapula yang diciptakan sebaliknya. Mengapa Tuhan menciptakan kehidupan jika diakhiri oleh kematian?.
Saya beranjak dari prinsip orang yang pacaran, meski tahu nantinya akan putus, tetapi mereka tetap pacaran. Namun yang membedakan semua itu adalah cara mereka bertahan, mencintai, menjaga dan menyayangi. Begitupula dengan kehidupan, kita tahu bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian bukan? Tetapi inti kehidupan bukanlah kematian, melainkan proses kita bertahan menjalani hidup, menerapkan perasaan yang dikaruniakan Tuhan, mempertahankan bahkan mencari kehidupan yang layak. Itulah persamaan antara konsep pacaran dengan konsep kehidupan, kita diajarkan untuk berproses meski mengetahui akhir dari ceritanya.
Tetapi tetap saja Tuhan tidak adil, saya diciptakan berbeda dengan dia, dia lebih dari saya, dia memiliki segalanya, bahkan saya akan selalu kalah jika bersaing dengan yang lain. Lagi-lagi lihatlah orang pacaran, apakah mereka mencintai dan memperlakukan pacarnya seperti orang lain? Tidak, karena kita bisa membuat bahagia dengan cara tersendiri. Pacar yang satu akan bahagia jika diberi hadiah mobil saat ulang tahunnya, pacar yang lain juga akan bahagia jika menghabiskan waktu berdua saat ulang tahunnya. Jadi inti dari pacaran itu adalah kebahagiaan, selama masih ada kebahagiaan maka akan tetap bertahan hubungan itu. hidup juga seperti itu, kita tidak perlu menjadi orang lain untuk bahagia bukan? Kita cukup melakukan hal sederhana yang bermanfaat. Seperti indahnya pacaran yang ditemukan disaat kita bahagia, keadilan Tuhanpun seperti itu, akan terasa disaat kita menemukan kebahagiaan dalam hidup. Jika kamu belum menemukan keadilan, lihatlah dirimu, apakah kamu sudah bahagia?, jika belum, mari ciptakan kebahagiaan, dan temukan keadilan Tuhan.


                                                                                    Yogyakarta, 31 Desember, 2015




   SULESSANA

0 komentar:

Posting Komentar