Sabtu, 13 Agustus 2016

Refleksi Masa Depan

Oleh : Sulessana
(Peneliti Psikologi)

Sebagai manusia yang memiliki identitas, entah itu dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, terkadang kita terlalu terpesona dengan identitas tersebut. Kita terlalu membanggakan kejayaan masa lalu kita, dan menganggapnya akan selalu menjadi masa kejayaan kita, entah itu kita alami sekarang ataupun akan kita alami dimasa mendatang. Sebagian dari kita mungkin begitu sering menjadikan sejarah kejayaan kita sebagai kebanggaan, hingga terkadang kita larut dalam nostalgia masa lalu dan melupakan bahwa masa depan itu adalah ketidakpastian. Misalnya saja, dulu kita pernah menjadi peringkat pertama di SD, peringkat itu kita bawah dan kenang hingga mencapai usia SMP. Lalu di SMP kita mendapat peringkat 2, peringkat itupun kita bawah dan kenang hingga SMA. Lalu di SMA kita mendapat peringkat 3, masih saja kita menjadikan hal itu sebagai kebanggaan dan terkadang membuat kita begitu dilemana dalam menentukan dimana kita akan kuliah.
Dulu kamu mungkin suka dengan laki-laki yang ganteng, putih dan cool, tapi sekarang kamu malah mencari yang setia, perhatian, pengertian dan tidak munutup kemungkinan besok kamu mendahulukan yang bertanggung jawab. Proses membuat kita berubah pikiran, dan lebih realitas melihat kehidupan. Dulu kamu dikagumi bisa saja sekarang kamu mengagumi. Dulu kamu yang paling cantik, bisa saja sekarang kamu yang paling jelek. Dulu kamu sering menolak orang lain, bisa saja sekarang malah tidak ada yang bisa kamu tolak. Dunia itu selalu berputar sesuai keadilan Tuhan.
Semakin banyak kenangan masa lalu yang kita bawah dalam pengambilan keputusan kita, akan semakin dilemalah kita, bahkan bisa menjadikan kita sosok yang angkuh dan sombong. Belum lagi jika kita terlahir dalam rahim orang yang kaya raya, atau dari rahim keturunan raja atau bangsawan. Masa lalu seharusnya tidak dilupakan, sesuai dengan yang dikatana Bung Karno “JAS MERAH” jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Akan tetapi, kalimat tersebut tidak selamanya relevan dengan perkembangan zaman. Bisa saja dulu Bung Karno berbicara seperti itu agar anak cucunya kelak selalu mengingat perjuangan para leluhurnya.
Kenyataan yang terjadi pada individu abad 21, malah menjadikan masa lalu itu sebagai identitas untuk kesombongan, membuat mereka terbuai dengannya, hingga terkadang mereka berpikir bahwa saya jauh lebih baik dari orang lain berdasarkan masa lalu.
Kawan, sekarang pikirkanlah, apakah orang yang disekeliling anda adalah orang yang sama? Apakah orang yang pernah anda taklukkan dimasa lalu adalah orang yang akan anda taklukkan di masa depan? Apakah keberhasilan anda dimasa lalu adalah tujuan anda di masa depan? Apakah target anda dimasa lalu adalah sama dengan target anda dimasa depan? Lantas jika tidak, buat apa anda membanggakan masa lalu anda? Hay kawan, masih banyak rintangan masa depan yang harus kita taklukkan, jangan sampai kita terlena dengan kejayaan masa lalu. Begitupula dengan kamu yang memiliki masa lalu yang suram, apakah kesuraman masa lalumu adalah kesuraman masa depanmu? Apakah sakit hatimu dimasa lalu adalah sakit hatimu dimasa depan? Apakah orang yang dulunya menyakitimu adalah orang yang akan meyakitimu dimasa depan? BUKAN KAWAN.
Saya lebih sependapat jika dikatakan belajarlah dari masa lalumu, dan bijaksanalah dengan masa depanmu. Masa lalu memang bukan untuk dilupakan, akan tetapi dikenang dan dijadikan pembelajran. Kamu yang sekarang bukanlah kamu yang dulu.
Periode masa sekarang kita merupakan periode untuk kita menanam bibit-bibit harapan masa depan. Sekarang saatnya kita untuk melangkah dengan harapan, dan membuktikan dengan proses.
Sebelum menutup bacaan ini, izinkan saya menyampaikan sebuah kalimat yang membuat saja semangat dalam berproses.
PERTIMBANGKAN TUJUANMU SEBELUM KAMU MEMUTUSKAN UNTUK KOMITMEN
INGATLAH KOMITMENMU SEBELUM KAMU MEMUTUSKAN UNTUK MELANGKAH
DAN INGATLAH PROSES LANGKAHMU SEBELUM KAMU MEMUTUSKAN UNTUK BERHENTI

MULAILAH MENGERJAKAN MASA DEPANMU.

0 komentar:

Posting Komentar