AUTISME SOSIAL
(Saat dunia maya memperbudakmu, maka saat itu hidupmu penuh dengan kepalsuan)
Oleh : Sulessana
Disaat sains menyingkapkan betapa
pentingnya hubungan positif dengan orang lain, tampaknya relasi antarmanusia
justru sedang berada dalam masalah. Ketika teknologi menawarkan lebih banyak
variasi komunikasi yang namanya saja komunikasi namun sesungguhnya adalah
isolasi, muncullah berbagai hal yang tak diketahui dalam cara manusia
berhubungan dan memutuskan hubungan. Teknologi yang merayap diam-diam dan mau
tak mau terjadi berlangsung begitu halus dan tak kasatmata sehingga tak
seorangpun pernah menghitung biaya sosial dan emosinya.
Pernahkah anda merasa ilfil ketika
mengajak seorang teman berkomunikasi namun perhatiannya pada gadgetnya? Ataukan
anda sendiri yang menjadi manusia gadget? Saya mengajak anda membandingkan
intensitas penggunaan gadget dengan segala sesuatu yang anda miliki. Pertama
aktivitas anda diawali dengan bangun tidur. Dengan apakah anda melihat waktu
ketika anda bangun? Yaaa jawabannya adalah gadget.
Autisme dalam pengertian psikologi
adalah kecendrungan untuk hidup dalam dunianya sendiri tanpa menghiraukan
lingkungan sekitar. Autisme merupakan sebuah penyakit psikis yang berasal dari
kepribadian. Terlepas dari konteks kepribadian, autisme penyakit sosial yang
ruang lingkupnya jauh lebih luas dibanding autisme dari sisi psikis.
Autisme dalam konteks sosial diasumsikan
sebagai manusia yang sibuk dengan dunia maya dan mengacuhkan dunia nyatanya.
Penyakit ini diakibatkan oleh teknologi, membuat mereka yang jauh menjadi dekat
dalam angan-angan, dan membuat yang dekat menjadi jauh dalam kenyataan.
Sepertinya halnya televisi yang memungkinkan jutaan orang mendengarkan lawakan
yang sama pada waktu yang sama, tetapi tetap merasa kesepian. Seberapa pun
bagus dan nyatanya emoticon di sosial media namun anda tak akan bisa mendapatkan
pelukan dan ciuman di internet.
John Cacioppo dan Gary Berntson pada
tahun 1990-an menawarkan sebuah perspektif baru yang dikenal sebagai Ilmu saraf
sosial. Dewasa ini, Cacioppo menambahkan, kita bisa memahami bagaimana otak
menggerakkan perilaku sosial dan pada gilirannya bagaimana dunia sosial kita
memengaruhi otak dan biologi kita.
Cerdas secara sosial adalah konsep yang
ditawarkan penulis dalam mengatasi autisme sosial.
ILMU SARAF
SOSIAL
Sekelompok neuron yang baru saja
ditemukan, sel spindel, bertindak paling cepat, memandu keputusan sosial yang
secepat kilat bagi kita dan telah terbukti lebih banyak terdapat di otak
manusia daripada spesies apa pun.
Suatu variases sel-sel otak yang
berbeda, yaitu neuron-neuron cermin, merasakan gerakan yang akan dilakukan
orang lain dan merasakan perasaan mereka serta secara instan mempersiapkan kita
untuk meniru gerakan itu dan merasakan bersama mereka.
Ketika mata seorang perempuan yang
menarik hati seorang pria melihat langsungkepada pria tersebut, otak pria itu
mengeluarkan zat kimia dopamin yang membangkitkan rasa senang-namun hal ini
tidak terjadi ketika perempuan ini menoleh ke arah lain.
Ilmu saraf sosial pertama kali digunakan
pada tahun 1990-an oleh psikolog John Cacioppo dan Gary Berntson, yang kala itu
adalah perintis-perintis yang berjuang sendiri demi ilmu yang baru dan berani
ini. dewasa ini, Cacioppo menambahkan, kita bisa memahami bagaimana otak
menggerakkan perilaku sosial dan pada gilirannya bagaimana dunia sosial kita
memengaruhi otak dan biologi kita. Beberapa penelitian awal Cacioppo
mengungkapkan adanya kaitan antara terlibatnya seseorang dalam relasi negatif
dan lonjakan hormon stres ke tingkat yang merusak gen-gen tertentu yang
mengendalikansel-sel pelawan virus. Bagian yang hilang dalam hubungan itu
adalah jalan saraf yang bisa mengubah masalah dalam hubungan dengan orang lain
menjadi konsekuensi-konsekuensi biologis, hal inilah salah satu fokus ilmu
saraf sosial.
0 komentar:
Posting Komentar