Sabtu, 13 Agustus 2016

Autisme Sosial

AUTISME SOSIAL
(Saat dunia maya memperbudakmu, maka saat itu hidupmu penuh dengan kepalsuan)
Oleh    : Sulessana
Disaat sains menyingkapkan betapa pentingnya hubungan positif dengan orang lain, tampaknya relasi antarmanusia justru sedang berada dalam masalah. Ketika teknologi menawarkan lebih banyak variasi komunikasi yang namanya saja komunikasi namun sesungguhnya adalah isolasi, muncullah berbagai hal yang tak diketahui dalam cara manusia berhubungan dan memutuskan hubungan. Teknologi yang merayap diam-diam dan mau tak mau terjadi berlangsung begitu halus dan tak kasatmata sehingga tak seorangpun pernah menghitung biaya sosial dan emosinya.
Pernahkah anda merasa ilfil ketika mengajak seorang teman berkomunikasi namun perhatiannya pada gadgetnya? Ataukan anda sendiri yang menjadi manusia gadget? Saya mengajak anda membandingkan intensitas penggunaan gadget dengan segala sesuatu yang anda miliki. Pertama aktivitas anda diawali dengan bangun tidur. Dengan apakah anda melihat waktu ketika anda bangun? Yaaa jawabannya adalah gadget.
Autisme dalam pengertian psikologi adalah kecendrungan untuk hidup dalam dunianya sendiri tanpa menghiraukan lingkungan sekitar. Autisme merupakan sebuah penyakit psikis yang berasal dari kepribadian. Terlepas dari konteks kepribadian, autisme penyakit sosial yang ruang lingkupnya jauh lebih luas dibanding autisme dari sisi psikis.
Autisme dalam konteks sosial diasumsikan sebagai manusia yang sibuk dengan dunia maya dan mengacuhkan dunia nyatanya. Penyakit ini diakibatkan oleh teknologi, membuat mereka yang jauh menjadi dekat dalam angan-angan, dan membuat yang dekat menjadi jauh dalam kenyataan. Sepertinya halnya televisi yang memungkinkan jutaan orang mendengarkan lawakan yang sama pada waktu yang sama, tetapi tetap merasa kesepian. Seberapa pun bagus dan nyatanya emoticon di sosial media namun anda tak akan bisa mendapatkan pelukan dan ciuman di internet.
John Cacioppo dan Gary Berntson pada tahun 1990-an menawarkan sebuah perspektif baru yang dikenal sebagai Ilmu saraf sosial. Dewasa ini, Cacioppo menambahkan, kita bisa memahami bagaimana otak menggerakkan perilaku sosial dan pada gilirannya bagaimana dunia sosial kita memengaruhi otak dan biologi kita.
Cerdas secara sosial adalah konsep yang ditawarkan penulis dalam mengatasi autisme sosial.

ILMU SARAF SOSIAL
Sekelompok neuron yang baru saja ditemukan, sel spindel, bertindak paling cepat, memandu keputusan sosial yang secepat kilat bagi kita dan telah terbukti lebih banyak terdapat di otak manusia daripada spesies apa pun.
Suatu variases sel-sel otak yang berbeda, yaitu neuron-neuron cermin, merasakan gerakan yang akan dilakukan orang lain dan merasakan perasaan mereka serta secara instan mempersiapkan kita untuk meniru gerakan itu dan merasakan bersama mereka.
Ketika mata seorang perempuan yang menarik hati seorang pria melihat langsungkepada pria tersebut, otak pria itu mengeluarkan zat kimia dopamin yang membangkitkan rasa senang-namun hal ini tidak terjadi ketika perempuan ini menoleh ke arah lain.
Ilmu saraf sosial pertama kali digunakan pada tahun 1990-an oleh psikolog John Cacioppo dan Gary Berntson, yang kala itu adalah perintis-perintis yang berjuang sendiri demi ilmu yang baru dan berani ini. dewasa ini, Cacioppo menambahkan, kita bisa memahami bagaimana otak menggerakkan perilaku sosial dan pada gilirannya bagaimana dunia sosial kita memengaruhi otak dan biologi kita. Beberapa penelitian awal Cacioppo mengungkapkan adanya kaitan antara terlibatnya seseorang dalam relasi negatif dan lonjakan hormon stres ke tingkat yang merusak gen-gen tertentu yang mengendalikansel-sel pelawan virus. Bagian yang hilang dalam hubungan itu adalah jalan saraf yang bisa mengubah masalah dalam hubungan dengan orang lain menjadi konsekuensi-konsekuensi biologis, hal inilah salah satu fokus ilmu saraf sosial.


0 komentar:

Posting Komentar